DATA MONOGRAFI DESA PAGEDANGAN KECAMATAN PAGEDANGAN KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN
SEJARAH DESA PAGEDANGAN
Desa Pagedangan yang merupakan desa bagian dari Kabupaten Tangerang memiliki sejarah yang tidak terlepas dari sejarah Kabupaten Tangerang, Kabupaten Tangerang sejak ratusan tahun lalu sudah menjadi daerah perlintasan perniagaan, perhubungan sosial dan interaksi antardaerah lain. Hal ini, disebabkan letak daerah ini yang berada di dua poros pusat perniagaan Jakarta - Banten. Berdasarkan catatan sejarah, daerah ini sarat dengan konflik kepentingan perniagaan dan kekuasaan wilayah antara Kesultanan Banten dengan Penjajah Belanda. Secara tutur-tinular, masa pemerintahan pertama secara sistematis yang bisa diungkapkan di daerah dataran ini, adalah saat Kesultanan Banten yang terus terdesak agresi penjajah Belanda lalu mengutus tiga maulananya yang berpangkat Aria untuk membuat perkampungan pertahanan di Tangerang. Ketiga maulana itu adalah Aria Yudanegara, Aria Wangsakara dan Aria Jaya Santika. Konon, basis pertahanan mereka berada di garis pertahanan ideal yang kini disebut kawasan Tigaraksa dan membentuk suatu pemerintahan. Sebab itu, di legenda rakyat cikal-bakal Kabupaten Tangerang adalah Tigaraksasa [sebutan Tigaraksasa, diambil dari sebutan kehormatan kepada tiga maulana sebagai tiga pimpinan = tiangtiga = Tigaraksa]. Pemerintahan ketiga maulana ini, pada akhirnya dapat ditumbangkan dan seluruh wilayah pemerintahannya dikuasai Belanda, berdasar catatan sejarah terjadi tahun 1684. Berdasar catatan pada masa ini pun, lahir sebutan kota Tangerang. Sebutan Tangerang lahir ketika Pangeran Soegri, salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten membangun tugu prasasti di bagian barat Sungai Cisadane [diyakini di kampung Gerendeng, kini].Tugu itu disebut masyarakat waktu itu dengan Tangerang [bahasa Sunda=tanda] memuat prasasti dalam bahasa Arab Gundul Jawa Kuno, "Bismillah peget Ingkang Gusti/Diningsun juput parenah kala Sabtu/Ping Gangsal Sapar Tahun Wau/ Rengsenaperang netek Nangeran/Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian/Sakabeh Angraksa Sitingsun Parahyang"Arti tulisan prasasti itu adalah: "Dengan nama Allah tetap Yang Maha Kuasa/Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu/Tanggal 5 Sapar Tahun Wau/Sesudah perang kita memancangkan tugu/Untuk mempertahankan batas timur Cipamugas [Cisadae] dan barat Cidurian/ Semua menjaga tanah kaum Parahyang"Diperkirakan sebutan Tengeran, lalu lama-kelamaan berubah sebutan menjadi Tangerang.
Desakan pasukan Belanda semakin menjadi-jadi di Banten sehingga memaksa dibuatnya perjanjian antar kedua belah pihak pada 17 April 1684 yang menjadikan daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Penjajah Belanda. Sebagai wujud kekuasaannya, Belanda pun membentuk pemerintahan kabupaten yang lepas dari Banten dengan dibawah pimpinan seorang bupati. Para bupati yang sempat memimpin Kabupaten Tangerang periode tahun 1682 - 1809 adalah Kyai Aria Soetadilaga I-VII. Setelah keturunan Aria Soetadilaga dinilai tak mampu lagi memerintah kabupaten Tangerang dengan baik, akhirnya penjajah Belanda menghapus pemerintahan di daerah ini dan memindahkan pusat pemerintahan ke Jakarta.Lalu, dibuat kebijakan sebagian tanah di daerah itu dijual kepada orang-orang kaya di Jakarta, sebagian besarnya adalah orang-orang Cina kaya sehingga lahir masa tuan tanah di Tangerang. Pada 8 Maret 1942, Pemerintahan Penjajah Belanda berakhir di gantikan Pemerintahan Penjajah Jepang. Namun terjadi serangan sekutu yang mendesak Jepang di berbagai tempat, sebab itu Pemerintahan Militer Jepang mulai memikirkan pengerahan pemuda-pemuda Indonesia guna membantu usaha pertahanan mereka sejak kekalahan armadanya di dekat Mid-way dan Kepulauan Solomon. Kemudian pada tanggal 29 April 1943 dibentuklah beberapa organisasi militer, diantaranya yang terpenting ialah Keibodan [barisan bantu polisi] dan Seinendan [barisan pemuda]. Disusul pemindahan kedudukan Pemerintahan Jakarta Ken ke Tangerang dipimpin oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan pangkat Tihoo Nito Gyoosieken atas perintah Gubernur Djawa Madoera. Adapun Tangerang pada waktu itu masih berstatus Gunatau kewedanan berstatus ken (kabupaten). Berdasar Kan Po No. 34/2604 yang menyangkut pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo ke Tangerang, maka Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang menetapkan terbentuknya pemerintahan di Kabupaten Tangerang. Sebab itu , kelahiran pemerintahan daerah ini adalah pada tanggal 27 Desember 1943. Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984. Dalam masa-masa proklamasi, telah terjadi beberapa peristiwa besar yang melibatkan tentara dan rakyat Kabupaten Tangerang dengan pasukan Jepang dan Belanda, yaitu Pertempuran Lengkong dan Pertempuran Serpong. Dari uraian diatas, maka peranan masyarakat Pagedangan menjadi bagian penting dalam sejarah Kabupaten Tangerang. Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, Desa Pagedangan sudah terbentuk sejak datangnya para Arya dari Kerajaan Sumedang atas permohonan Sultan Ageng Tirtayasa, dimana pada saat itu rombongan yang terdiri dari pada para ulama dan menyebar disekitar wilayah Cisadane yang salah satu dinamakan “Legok” (salah satu nama daerah di Sumedang) yang merupakan bagian dari Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang. Nama Pagedangan berasal dari sebutan atau pangilan terhadap salah satu penyiar agama yang menggunakan alat Gendang yaitu “Pa Gendang” yang kemudian daerah tersebut terkenal dengan Pagedangan. Terbukti dengan adanya makam Raden Kuncung Amarullah yang dikenal dengan sebutan “Ki Rabana” yang berlokasi di Kampung Cicayur II Pagedangan. Robana atau Rebana adalah jenis musik tradisional khas Islam yang dipakai untuk mengumpulkan masyarakat dalam rangka syiar Islam.
Dengan demikian peranan masyarakat Pagedangan dalam perjuangan pada masa Belanda dan Jepang sangatlah berperan dalam membantu perjuangan melawan penjajahan Belanda pada perang Lengkong, dengan memberikan bantuan pasukan pejuang dari Banten.
Setelah Jepang mengembalikan sistem pemeritahan pusat ke Tangerang dan menimbulkan perubahan system pemerintahan sampai ketingkat desa-desa dan mengangkat tokoh-tokoh yang dianggap mampu untuk memimpin dan mengendalikan masyarakat untuk kepentingan Jepang. Salah satu diantaranya ditemukan data-data bahwa sekitar tahun 1943 yang menjadi penjabat Kepala Desa adalah Sardai. Kemudian dilanjutkan oleh Tasrip pada jaman kemerdekaan, pada waktu itu masih masuk kedalam Pemerintahan Kecamatan Legok. Barulah pada tahun 1955 diadakan pemilihan Kepala Desa yang pertama dan H. Napis sebagai Kepala Desa terpilih yang menjabat dari tahun 1955 sampai dengan 1965. Kemudian pada tahun 1967 dilakukan pemilihan Kepala Desa yang kedua dan H. Moch Anwar sebagai Kepala Desa terpilih yang menjabat dari tahun 1967 sampai tahun 1976. Selanjutnya pemilihan yang ketiga dimenangkan oleh H. Mad Suni yang menjabat pada tahun 1978 sampai dengan 1986, pada saat itu Desa Pagedangan dimekarkan menjadi 2 Desa, yaitu Desa Pagedangan dan Desa Cicalengka. Kemudian pemilihan Kepala Desa yang keempat dimenangkan oleh H. Moch. Anwar yang menjabat dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1999. Kemudian pemilihan Kepala Desa yang kelima dimenangkan oleh H. Anwar Ardadili yang menjabat dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2007. Dan dilanjutkan dengan pemilihan Kepala Desa yang keenam yang dimenangkan oleh Mad Saih yang menjabat dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013.Adapun urutan nama-nama yang pernah menjabat Kepala Desa Pagedangan adalah sebagai berikut :
- Bpk. Sardai Pjs, jaman Nippon
- Bpk. Tasrip Pjs, jaman Kemerdekaan
- Bpk. H. Napis tahun 1955 s.d tahun 1965
- Bpk. H. Moch. Anwar tahun 1967 s.d tahun 1976
- Bpk. H. Mad Suni tahun 1978 s.d tahun 1986
- Bpk. H. Moch. Anwar tahun 1991 s.d tahun 1999
- Bpk. H. Anwar Ardadili tahun 1999 s.d tahun 2007
- Bpk. Mad Saih tahun 2007 s.d tahun 2013
- Bpk. H. Ahmad Anwar, S.Ag tahun 2013 s.d tahun 2019
DEMOGRAFI DESA
Secara Demografi keadaan Fisik/Geografis Desa Pagedangan meliputi :
- Batas Wilayah
- Sebelah Utara Desa Lengkong Kulon
- Sebelah Timur Desa Sampora
- Sebelah Selatan Desa Situ Gadung
- Sebelah Barat Desa Cicalengka
- Luas Wilayah
- Luas Desa Pagedangan : 464,460 Ha
- Tanah Hak Milik :
- Jalan :
- Pemukiman : 245 Ha
- Sawah dan Ladang :
- Tanah Bersertifikat :
- Pekarangan :
- Tanah Belum Sertifikat :
- Tanah Wakaf :
- Tanah Masyarakat :
- Jalan :
- KEADAAN TOPOGRAFI DESA
- Secara umum keadaan topografi Desa Pagedangan adalah merupakan daerah daratan datar dan rendah.Iklim Desa Pagedangan, sebagaimana Desa/Kelurahan lain di wilayah Indonesia mempunyai 2 iklim yaitu kemarau dan penghujan
KEADAAN SOSIAL DAN EKONOMI
- KEADAAN TOPOGRAFI DESA
Secara umum keadaan topografi Desa Pagedangan adalah merupakan daerah daratan datar dan rendah.Iklim Desa Pagedangan, sebagaimana Desa/Kelurahan lain di wilayah Indonesia mempunyai 2 iklim yaitu kemarau dan penghujan
KEADAAN SOSIAL DAN EKONOMI
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Desa Pagedangan sampai dengan bulan Desember 2010 tercatat sebanyak : 8.476 jiwa, terdiri dari laki – laki : 4.115 jiwa dan perempuan : 4.361 jiwa dengan jumlah : 2.129 Kepala Keluarga. Secara rinci klasifikasi penduduk menurut kelompok umur sebagai berikut :
Jumlah Penduduk berdasarkan Kewarganegaraan :
Warga Negara Indonesia
Laki-laki : 3.948 jiwa
Perempuan : 4.152 jiwa
Warga Negara Indonesia Keturunan
Laki-laki : 167 jiwa
Perempuan : 209 jiwa
Jumlah Penduduk berdasarkan umur :
Dilihat dari berbagai aspek, maka Desa Pagedangan yang wilayahnya seluas 464,45 Ha berada dijantung Kota Kecamatan Pagedangan yang mempunyai fungsi sebagai penyangga dari berbagai aspek kehidupan yang tentunya sangat mempengaruhi berbagai pembangunan dan sebagai alat dari perkembangan teknologi, transformasi dan telekomunikasi yang semakin luas dan kompleks dengan jumlah penduduk : 8,476 jiwa serta didukung dari sarana dan prasarana Pendidikan dari tingkat Taman Kanak-Kanak, (TK) sampai dengan tingkat Perguruan Tinggi.
Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi pembangunan manusia seutuhnya guna mencerdaskan dan meningkatkan kehidupan bangsa. Pendidikan dimaksud sebagai wadah untuk membina, mendidik dan memajukan pola pikir bangsa Indonesia agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berilmu, disiplin, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mempunyai dedikasi yang tinggi dalam melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa.
Tingkat kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat partisipasi penduduk dalam hal pendidikan, penyedia sarana prasarana yang memadai.
Perkembangan pendidikan 2 tahun terakhir (tahun 2012-2013) mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan berdirinya sarana dan prasarana sekolah baru di wilayah Desa Pagedangan, sehingga saat ini prasarana pendidikan yang ada adalah sebagai berikut :
facebookFacebook googleGoogle twitterTwitter bloggerBlogger BantenBanten.bpk.go.id
artikel yang sangat bagus, bisa menambah wawasan -salam dari kami Dewan perwakilan Daerah Partai Amanat Nasional DPD PAN Kabupaten Tangerang http://dpdpantangerang.blogspot.co.id
BalasHapus